Buku Anak : Putri Bunga Melur

Satu Lagi dari Koko P Bhairawa

Judul : Putri Bunga Melur
Penerbit : Azka Press
Cetak Pertama, November 2008
Tebal 40 halaman + iv

Ini adalah persembahan keempat dari seorang Koko P Bhairawa (Prakoso Bhairawa Putera). Buku keempat cerita anak yan gmasih tetap dan konsisten mempersembahkan cerita untuk anak-anak Indonesia dengan menyusun dan menulis ulang dongeng yang berasal dari cerita-cerita rakyat di beberapa daerah Indonesia.

Kali Ini dengan bangga, saya menghadirkan cerita anak dari cerita rakyat di wilayah Palembang. Seperti kita ketahui bersama, bahwa Palembang merupakan ibu kota dari propinsi Sumatera Selatan -- daerah yang kaya akan seni budaya. termasuk cerita rakyat di dalamnya:

Buku ini menghadirkan cerita-cerita yang sarat manfaat dan begitu enak dibaca oleh anak-anak Indonesia, ada beberapa cerita dihadirkan -- yaitu:
1. Antu Banyu
2. Bujang Kurap dan Putri Demang
3. Serunting Sakti: si Pahit Lidah
4. Bukit Siguntang
5. Putri Bunga Melur
6. Puyang Depati Konedah

Semoga buku yang hadir kali ini juga bisa menghiasi hari-hari buku Anak Indonesia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Buku Anak: Asal Mula Bukit Batu Bekuray


Buku Anak dari Koko P Bhairawa


Judul : Asal Mula Bukit Batu Bekuray
Penerbit : Azka Press (Ganeca Exacta)
Cetakan (I) Pertama, September 2007
Tebal 44 Halaman + iv halaman

Ini adalah buku anak kedua yang terbit September 2007 diterbitkan oleh Azka Mulia Media (Ganeca Exacta). Buku ini merupakan buku cerita anak yang diadopsi dari penulisan kembali cerita-cerita rakyat dari Kabupaten Bangka Tengah (Koba) di wilayah propinsi Bangka Belitung.

Buku ini memuat 8 (delapan) cerita yang sarat akan nilai-nilai moral dan layak menjadi bacaan bagi anak Indonesia. Ada cerita:
1. Asal Mula Bukit Batu Bekuray,
2. Abuk Badering,
3. Asal Mula Dusun Belimbing,
4. Yuwono,
5. Batu Ampar dan Batu Simpang,
6. Tanjung Tedung,
7. Burung Tangtut, dan
8. Abok Paga dan Pak Biru.

Semoga Buku ini bisa menjadi bagian dari perjalanan hadirnya buku-buku anak di Indonesia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Bahasa & Sastra Dalam Berbagai Perspektif

Bahasa & Sastra Dalam Berbagai Perspektif
cet. 1, 2008 Penerbit Tiara Wacana
xviii + 396 hlm.
25 cm. ISBN: 978-979-1262-25-5
Harga: Rp. 85000,

"Kesalahan pemahaman adanya kalimat nominal dalam Bahasa Indonesia .... selayaknya tidak dibiarkan begitu saja .... Dengan terapi tagmemik, diharapkan akan ada sedikit pencerahan .... "
- Prof. Drs. Soeparno

"…. bahasa sebagai sarana konstruksi realitas dan representasi masih harus dperjuangkan …."
- Benedictus Sudiyana

"Apa yang sedang dibutuhkan masyarakat, sastra sering memberikan jawabannya .... Untuk menegaskan peran sastra sebagai agen perubahan, maka diperlukan orientasi penciptaan yang bersifat pragmatik, yakni orientasi pada kebermanfaatan sastra sebagai media pencerahan dan pencerdasan masyarakat."
- Ahmadun Yosi Herfanda

***

Sebagai suatu sistem budaya, keberadaan Bahasa Indonesia mengekspresikan kepemilikan kolektif Bangsa Indonesia atas suatu "bahasa persatuan". Dalam konteks tersebut, Bahasa Indonesia menghadapi dua tantangan yang tidak ringan: (1) kian banyaknya bahasa daerah yang terancam punah, padahal bahasa daerah telah menjadi kekayaan yang tak ternilai dalam pengembangan kosakata Bahasa Indonesia; (2) kian maraknya gejala "pembusukan" dalam Bahasa Indonesia sebagai akibat dari penggunaan Bahasa Indonesia secara tidak benar, sekenanya, bahkan secara sembrono, baik yang menyangkut aspek-aspek fonologi, gramatikal, maupun sintaksis.

Lahir dan berkembangnya suatu bahasa berjalan beriringan dengan perkembangan budaya berbahasa dalam masyarakatnya. Praktik berbahasa secara umum (baik tertulis maupun lisan) dan karya sastra sebagai suatu produk budaya dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat seberapa jauh budaya berbahasa berkembang di dalam masyarakat.

Buku ini menyajikan berbagai perspektif dalam kaitannya dengan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai suatu sistem budaya. Di dalamnya tercakup tiga bahasan, yakni (i) bahasa, (ii) sastra, dan (iii) pengajaran bahasa. Berbagai perspektif itu disampaikan oleh penulis-penulis dengan latar belakang yang amat plural, seperti pakar bahasa, akademisi, guru, novelis, sastrawan, dan sebagainya.

Dengan kekayaan kajian dan cara pandang tersebut, buku ini diharapkan dapat menjadi bahan pengayaan dalam pengembangan wawasan kebahasaan bagi para guru, dosen, peneliti, wartawan, serta para pemerhati dan praktisi bahasa lainnya.

***


DAFTAR ISI

Bagian I : BAHASA

Peran Teori Tagmemik Dalam Mengatasi Korupsi dan Perselingkuhan: Sebuah Keunikan Fenomena Bahasa Indonesia
-- Prof. Drs. Soeparno

Ketika Bahasa Madura Tidak Lagi Bersahabat dengan Kertas dan Tinta: Sebuah Kajian: Ethnolinguistics Ditinjau dari Sudut Pandang Sosiolingistics
-- Iqbal Nurul Azha

Upaya Pemeliharaan Bahasa Daerah yang Terancam Punah: Deskripsi Kondisi Kebahasaan, Sikap Bahasa, dan Kebutuhan Bahasa Masyarakat Pulau Enggano
-- Gumono

Keergatifan, Keakusatifan, dan Ketransitifan dalam Bahasa Indonesia
-- Sudartomo Macaryus

Akronim Sebagai Kekuatan Bahasa untuk Politik Pencitraan Diri
-- Rosida Tiurma Manurung

Landasan Metafisika Dalam Perkembangan Linguistik
-- Umar Solikhan

Penggunaan Ragam Bahasa Jurnalistik pada Media Massa
-- Edi Puryanto, S.Pd.

Problematik Penggunaan Prefiks Meng- di Surat Kabar
-- Asep Muhyidin

Kesadaran Linguistik Sebagai Landasan Pemerolehan Bahasa Tulis Reseptif Anak Usia Dini
-- Tadkiroatun Musfiroh

Lagu Anak Dalam Perkembangan Kognitif Bahasa Anak: Tinjauan Psikologi Musik
-- Fortunata Tyasrinestu

Teknik Penciptaan Wacana Humor Sebagai Bentuk Wacana Rekreatif Dalam Komunikasi Persuasif
-- Muhammad Rohmadi

Bagian II : SASTRA

Sastra Sebagai Agen Perubahan Budaya
-- Ahmadun Yosi Herfanda

Peta Politik Sastra Indonesia (1908-2008)
-- Asep Sambodja

Pangeran Diponegoro Menurut Babad Nagri Semarang: Contoh Propaganda Belanda Melalui Karya Sastra
-- Kustri Sumiyardana

Perjalanan Menuju Persamaan: Sebuah Perspektif Mengenai Perbedaan Budaya
-- Esti Swatika Sari

Lo Fen Koei Karya Gouw Peng Liang : Motif Kejahatan dan Kebaikan Dalam Masyarakat Tionghoa
-- Dwi Susanto

Sekilas Sastra Asing di Indonesia
-- Nurhadi

Transgender Aspect in Clara Ng Dimsum Terakhir
-- Lisetyo Ariyanti

The Flouting Of The Felicity Conditions in Bernard Shaw's Major Barbara
-- Dr. Suryo Tri Saksono

Zona Intertekstual Heterotopia Dalam Fiksi Seno Gumira Ajidarma
-- Pujiharto

Karakteristik Wacana Habiburrahman El Shirazy Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta: Kajian Analisis Wacana Kritis
-- Sukirno

Tentang Menulis Karya Sastra: Yang Dicintai Pembaca, Yang Menggugah Minat Baca
-- Habiburrahman El Shirazy

Menengok Penerbitan, Distribusi, dan Promosi Novel Indonesia 2000-an
-- Wiyatmi

Tinjauan Teori Pembacaan dalam Film Adaptasi Novel
-- Umilia Rokhani

Jurnal Online (Blog), Penggunaan Ragam Bahasa dan Publikasi Karya Sastra di Ranah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
-- Prakoso Bhairawa Putera

Bagian III: PENGAJARAN BAHASA

"R2d2" Desain Penelitian Pengembangan Cocok untuk Penelitian Pembelajaran Bahasa Berdasarkan Konstruktivisme
-- Dr. Sri Pujiastuti

Pembelajaran Berbicara yang Terabaikan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar
-- Muammar

Peningkatan Keterampilan Menulis dengan Metode Kooperatif Jigsaw pada Siswa SMPN 2 Tanon, Sragen
-- Dra. Sri Handayani, M.Hum.

Penerapan Ejaan Yang Disempurnakan dalam Tulisan Narasi Siswa Kelas 3 SMP 2 Pakem
-- Drs. Wagini DS

Keterampilan Dasar Berbahasa: antara Harapan dan Realita
-- Dr. Tri Budhi Sastrio, M.Si.

Pemelajaran Kesantunan Konstruktif: Sebuah Upaya Merekonstruksi Akhlak Bangsa Melalui Pendidikan Bahasa
-- Imam Baehaqie

Melek Media: Problematika dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Era Teknologi Informasi
-- Benedictus Sudiyana

Ancangan Pengembangan Kompetensi Berbahasa dalam Kelas BIPA untuk Mahasiswa Program Pertukaran
-- Samuel Gunawan

Merancang Materi Ajar BIPA untuk Peserta COP di UK Petra
-- Anneke H. Tupan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

2009, Wajib Sharing Tower BTS

Pada edisi Oktober 2008 yang lalu Biskom menurunkan tulisan saya dengan judul "2009, Wajib Sharing Tower BTS" dan untuk memenuhi persyaratan dalam lomba penulisan maka tulisan tersebut kembali saya posting ke blog pribadi ini,.semoga bermanfaat untuk kita semua dan kemajuan teknologi informasi di negeri ini.


2009, Wajib Sharing Tower BTS


Oleh : Prakoso Bhairawa Putera S


SEJAK genderang reformasi yang dikenal sebagai era kekebasan dan keterbukaan telah menempatkan dua hal yang hingga hari ini mengalami kemajuan. Kemajuan tersebut pun dapat dengan nyata kita rasakan. Pertama adalah sistem ketata negaraan yang telah memberikan sistem pemilihan umum secara langsung, multi partai dan keterbukaan aspirasi yang begitu luas, dan yang kedua adalah perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). TIK hingga hari ini benar-benar menjadi bagian dari perjalanan bangsa yang tidak dapat dilepaskan. Tidak perlu jauh-jauh kita melihat contoh dari pesatnya perkembangan TIK. Coba lihat di sekitar kita, berapa banyak, jenis apa dan dengan merk apa jenis komunikasi yang rekan-rekan, pimpinan, bawahan ataupun kita sendiri gunakan sehari-hari saat ini. Lalu coba bandingkan dengan 10 tahun yang lalu. Tentu kita bisa menemukan jawaban dengan mudah.

Teknologi Informasi (TI) semakin hari semakin kokoh di tempat teratas dalam perkembangan industri atau pun bidang usaha lainnya di negeri ini. TI telah sukses menghapus batas negara serta budaya. Manfaatnya pun bisa dinikmati oleh seluruh lapisan anak bangsa.


Konvergensi dan Infrastruktur Seluler


Kencendrungan global terut mempengaruhi perkembangan TI. Saat ini, setiap orang telah membicarakan sebuah era yang benar-benar melanda dunia. Era Konvergensi merupakan sebuah era yang bisa terjadi di pelbagai dimensi baik teknologi, jaringan atau infrastruktur hingga layanan. Sisi market pun terjadi konvergensi antara operator, terminal, maupun regulasi.

Era persaingan dan berakhirnya sistem monopoli juga ikut menghampiri industri telekomunikasi. Hadirnya Undang-undang No. 36 di tahun 1999 tentang Telekomunikasi, telah mengundang operator dan pemasok baru hadir dan (habis-habisan) bersaingan dengan penguasa lama.

Data UNPD (2004) menunjukkan pengguna telepon seluler di Indonesia per 1000 orang mengalami peningkatan sejak tahun 2001 sampai 2004. Namun, jika dibandingkan dengan China, Filipina, Thailand, Malaysia, Korea Selatan dan Singapura, pengguna telepon selular per 1000 orang di Indonesia masih tertinggal jauh (lihat gambar1).

Sumber : UNDP (diolah) 2004

Gambar 1. Jumlah Pengguna Telephon Seluler di 10 Negara


Namun demikian, 220 juta jiwa penduduk Indonesia adalah pasar yang sangat menggiurkan bagi para penyedia layanan komunikasi. Tidak hanya berusaha untuk menarik pelanggan baru, tapi (kemungkinan) melakukan ekspansi merebut pelanggan operator lain juga terbuka. Wacana ini cukup beralasan, tiap operator tidak hanya mengkedepankan tarif murah dan promosi (berdarah-darah), penguatan jangkauan dan kualitas jaringan pun menjadi andalan. Bahkan hingga ke daerah terpencil pun ’sinyal’ harus on.

Berkaitan dengan itulah investasi dalam penyediaan infrastruktur menjadi penting bagi tiap operator. Jika berbicara tentang infrastruktur maka tower BTS (Base Transceiver System) menjadi keharusan untuk dimiliki sebagai sarana komunikasi dan informatika.

Bertambahanya jumlah penyedia jasa komunikasi di Indonesia ikut juga menambah menjamurnya BTS di seluruh pelosok tanah air. Berdasarkan catatan yang penulis terima jumlah operator telepon, baik seluler maupun bergerak terbatas (fixed wireless access) dengan teknologi GSM (Global System for Mobile communication) dan CDMA (Code Division Multiple Access) hingga saat ini ada lebih dari 10 operator.

Kesepuluh operator tersebut diantaranya: PT Telkom, Tbk. (Flexi), PT Telkomsel (Halo, As, Simpati), PT. Indosat, Tbk. (Matrix, Mentari, IM3, Star One), PT. Excelcomindo Pratama, Tbk. (Xplor, Bebas, Jempol), PT. Bakrie Telecom, Tbk. (Esia, Wifone, Wimode), PT. Mobile-8 (Fren), PT. Sinar Mas Telecom (Smart), PT. Hutchison Charoen Pokhand Telecomunication (3 “Three”), PT. Sampoerna Telecom Indonesia (Ceria), PT. Natrindo Telepon Seluler (NTS, AXIS) dan Pasifik Satelit Nusantara (Byru, Pasti) dengan jumlah produk melebihi 20 variasi untuk berbagai segmen.


Sharing Tower BTS


Bertambahnya jumlah tower BTS belakangan ini membuat pemerintah semakin jemu. Harus diakui fenomena ini adalah sesuatu yang pasti terjadi seiring keinginan tiap operator untuk memperluas coverage areanya hingga ke pelosok tanah air.

Menghadapi makin bertambahnya tower milik para operator seluler, maka pemerintah melalui menteri komunikasi dan infomasi (KOMINFO) mengeluarkan kebijakan mengenai pembangunan menara melalui peraturan terbaru Peraturan Menteri Kominfo No. 2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Telekomunikasi. Berdasarkan peraturan tersebut, terutama pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa kini tower BTS wajib digunakan secara bersama tanpa mengganggu pertumbuhan industri telekomunikasi. Hal ini menjadi landasan bahwa kini tower wajib digunakan oleh minimal 2 operator.

Sumber: dari berbagai sumber

Gambar 2. Jumlah BTS dari Beberapa Operator, 2007


Ide untuk menggunakan tower secara bersama-sama diharapkan akan ada pengurangan jumlah tower yang berdiri bukan hanya di kota besar, namun juga di pelosok desa di seluruh Indonesia. Mekanisme pelaksanaan tower bersama ini adalah dengan menggunakan sebuah tower telekomunikasi oleh 2 atau lebih operator yang menggelar jaringan yang berbeda. Lihat gambar 2, hingga akhir 2007 terdapat 46.446 tower BTS telah menghiasi seluruh penjuru tanah air ini. Bisa dibayangkan jika operator bertambah dan semakin berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan maka sudah barang tentu tower akan memenuhi lingkungan kita.

Berdasarkan penelusuran informasi dan berita yang beredar di lapangan, muncul berbagai fakta di daerah tentang keberadaan tower BTS. Keberadaan tower BTS ternyata memiliki resistensi dari masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi, anemia dll), isu keselamatan (dapat roboh dll), hingga isu pemerataan sosial.

Bila mengacu pada catatan yang pernah dikeluarkan oleh WHO, kekhawatiran tersebut tidaklah terbukti. Radiasinya jauh diambang batas toleransi yang ditetapkan WHO. Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat dengan frekuensi 800 MHz) s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 MHz). Sedangkan standar yang dikeluarkan WHO maximal radiasi yang bias ditolerir adalah 4,5 (800 MHz) s/d 9 watt/m2 (1800 MHz). Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja. Masih sangat jauh dari ambang batas WHO 9 watt/m2. Radiasi ini makin lemah apabila tower makin tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter. Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi.

Mengenai isu mengancam keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya. Sementara itu isu pemerataan ekonomi harus disikapi dengan bijaksana. Oleh karena peruntukan tower ini untuk kepentingan bisnis, maka sudah selayaknya lah terjadi sharing keuntungan dengan masyarakat, karena memang pembangunan tower harus memiliki dimensi ekonomi masyarakat.

Kebijakan pemerintah ini sudah barang tentu menimbulkan reaksi beragam. Ada beberapa permasalahan yang sangat mungkin terjadi dan perlu dipikirkan bersama: melakukan penggabungan bersama apalagi jika yang dilakukan antar operator yang memiliki teknologi yang sama GSM – GSM, berbeda halnya jika yang digabungkan antar operator GSM – CDMA karena selain memiliki pangsa pasar yang berbeda, frekuensi yang digunakan jauh berbeda dan handset yang digunakan pun berbeda. Akan tetapi jika yang digabungkan operator yang memiliki teknologi GSM yang mempunyai segmen pasar sama dan teknologi yang sama dan berada di frekuensi yang hampir sama di rentang antara 900 MHz dan 1800 MHz. Hal ini menjadi cukup krusial mengingat akhirnya kepuasan konsumen adalah hal yang diharapkan.

Kebijakan semacam ini ternyata bukan hal baru di dunia. Kota Berkeley, Amerika Serikat punya kebijakan ketat untuk masalah pendirian tower BTS. Hal ini diberlakukan pemerintah setempat sejak tahun 2001 dengan alasan kesehatan dan keindahan lingkungan. Sementara dibeberapa negara lain muncul adanya BTS Terpadu (Mobile Virtual Network Operation/MVNO). Penerapan kebijakan semacam ini setidaknya memberi manfaat, yaitu untuk mengurangi tingginya permintaan lahan untuk pembangunan menara (menghindari “hutan tower”), terjaganya keindahan dan estetika kota, hemat biaya investasi/sewa, maka akan menekan biaya operasionalisasi dimana akhirnya masyarakat pulalah yang menikmati keuntungan (dari biaya operasional seluler yang kompetitif ini).

Kebijakan mengenai tower BTS pun ramai diperbincangkan di beberapa daerah di Indonesia. Setidaknya menjamurnya tower BTS telah membuat pemerintah kota Surabaya memutar otak untuk melakukan sentralisasi tower BTS, yang tujuannya tidak lain untuk bisa menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam regulasi tersebut tower operator telepon akan dikendalikan Pemerintah Kota Surabaya. Dengan tower yang menjadi milik pemkot diharapkan akan menjadi penambahan income. Sebab selama ini, pemasukan yang diterima Pemkot hanya sebatas dari pengurusan IMB saja.

Akhirnya seperti yang pernah ditulis oleh detik dimana salah satu operator terbesar telah menyatakan siap untuk mengimplementasikan kebijakan sharing tower. Hendaknya perlu dipikirkan konsep dan bentuk dari sharing tower itu sendiri. Apakah benar-benar ‘jual tower’ dalam (benar-benar) bentuk sharing tower, network, layanan, space atau kapasitas.****

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (2)

Inovasi Online Vol. 12/XX/November 2008

Strategi Pemeliharaan Batas Wilayah Melalui
Penguatan Pengelolaan Tata Ruang Pulau-Pulau Kecil Terluar

Oleh:
Prakoso Bhairawa Putera


1. Pendahuluan

Indonesia yang dikenal sebagai kawasan yang dipenuhi dengan kepulauan dan perairan laut memiliki sumber ketetapan yang jelas mengenai pengakuan wilayah perairan. Deklarasi Djoeanda (1957) yang berisikan konsepsi negara Nusantara yang diterima masyarakat dunia dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), United Nation Convention on Law of the Sea (UNCLOS) 1982, menyatakan wilayah laut Indonesia 5,8 juta km2 yang artinya sama dengan tiga per empat dari keseluruhan luas wilayah Indonesia. Pada luas laut yang demikian, di dalamnya terdapat lebih dari 17.500 pulau besar dan kecil dan dikelilingi garis pantai sepanjang lebih dari 81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Indonesia lalu dikenal sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia dan pada masa kini lebih populer dengan istilah Bahari.

selengkapnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Majalah BISKOM Edisi Desember 2008

Dalam kesempatan ini, BISKOM sekaligus menawarkan kepada seluruh pembaca untuk bekerjasama saling menguntungkan dengan Majalah BISKOM, baik berupa pengiriman artikel TI, mengadakan seminar, workshop dan pameran serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitandengan dunia TI.

Topik menarik Majalah BISKOM Edisi Desember 2008 diantaranya:

• COVER STORY: Peni Cameron, Direktur CAM Solution, “Banjiri Indonesia Dengan Industri Kreatif.”

• FIGURE:
- Presdir Sangkuriang Studio, Oka Sugandi, “Nusantara, Game Asli Nusantara”
- Sekjen Lembaga GAP, Rahayu Kertawiguna, “Saatnya Perang Melawan Pembajakan”
- CEO TiPhone Mobile Indonesia, Tommy Tjahjono, “Tiphone Serius Garap Service Center”
- Dirut Telkomsel, Kiskenda, “Telkomsel Tambah BTS Untuk Tingkatkan Layanan”
- Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, “TI Percepat Laju Pendidikan”
- Head of Region Jabodetabek Mobile-8, Winetou Lubis, “Akhir 2008, Pelanggan Mobile-8 Bertambah 2 Juta”

• HEADLINE:
Prediksi TI 2009 Antara Krisis Global dan Pemilu














• FOCUS:

- Teroris Juga Berteknologi
- Pornografi: Tinjauan UU Pornografi dan UU ITE
- Arbitrase Ad Hoc, Alternatif Perselisihan Operator
- Menuju Indonesia Hijau
- Open Source Ideal Untuk Industri Media
- Technopreneur Kurangi Pengangguran Terdidik
- E-Money di Era Teknologi Jaringan
- Kebijakan E-Money Bank Indonesia

• SNAP:
- Adobe CS4 Hadirkan Inovasi Revolusioner
- Viewsonic Dukung Program Ramah Lingkungan
- The World Summit Youth Award Dukung MDGs
- Higher Learning Kenalkan Metode Belajar Bahasa Berbasis TIK
- Microsoft Dynamics Siap Implementasi
- ASIAN-China Workshop on Development
- XL Resmikan BTS Ke-15.300
- Satu Juta Unit Ponsel i-Mobile
- Indosat Hadirkan Game Berbagai Genre
- Sun Gelar Developer Days
- Huawei Menangkan Device Award
- Axis Nominator The Green Mobile Award
- Sun dan Kemenristek Resmikan COSTA
- Paypal Kini Berbahasa Indonesia
- AAOS Tingkatkan Penggunaan TIK Berbasis OS
- 200 PC Untuk Kepulauan Seribu
- Tiga Piala APICTA 2008 Diraih Indonesia
- SATEK II 2008 di Universitas Lampung Sukses
- Smart Hadirkan Gratis Hape di Jember
- Juniper Luncurkan Intelligent Services Edge
- Sony Kenalkan Seri Vaio Terbaru
- Indosat Hadirkan 41 Inovasi
- Bakrie Telecom Pasok 5000 SST
- Kredit Via SMS Lebih Cepat
- Pesona Edu Go International
- Blogger Makin Populer di Indonesia
- Indocomtech 2008 Tetap Ramai Meski Krisis
- Indonesia Game Show 2008
- Bandung Comtech 2008 Memfasilitasi Pendidikan dan TI

• INSPIRATION:
- Bambang Dwi Anggono: Administrasi Kependudukan Dengan Citizen Scanning System
- Muhamad Jafar Elly: Tantangan dan Peluang Riset TI 2009
- Cicilia Lusiani: Pengembangan e Gov Tak Bisa Generik
- Dirgayuza Setiawan: 2009, Tahun Merebaknya Kreatifitas dan Demokrasi TIK
- Prakoso Bhairawa Putera S
: Kebangkitan Iptek

• RESENSI:
- Panduan Penggunakan Mac OS X Leopard Secara Maksimal
- Mengungkap Rahasia Tersembunyi Dari Media Player

• REVIEW & CELLULAR:
- Asus N10
- Canon Printer LBP 3250
- Genius iLook 300
- G-Pen F509
- IronKey
- Philips HTS4600/05
- Packard Bell Dot
- Samsung VP-MX20
- Ricoh G600
- Datawind Pocket Surfer 2
- ViewSonic PJD6210 DLP


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Luar Biasa Ode Kampung # 3


Hari ini Sabtu, 06 Desember 2008 akhirnya saya bisa datang di acara Ode Kampung # 3 di Serang (Banten). ”Ode Kampung” (OK) merupakan kegiatan tahunan berskala nasional yang rutin digelar Rumah Dunia sejak 2006. Itu diniatkna untuk mendukung perkembangan negeri ini ke arah lebih baik dari wilayah kebudayaan. Jika di OK #1 hajatan untuk para sastrawan dan OK #2 untuk komunitas sastra, maka OK #3 komunitas literasi (umumnya dikenal sanggar baca atau taman bacaan masyarakat) mendapat ruang dan waktu untuk saling bertukar gagasan. Target utamanya adalah merekomendasikan kepada pemerintah daerah masing-masing, bahwa keberadaan gedung perpustakaan yang representatif dengan koleksi buku yang variatif dan up to date, internet gratis, ruang multifungsi ber-AC, serta beragam kegiatan yang merangsang kreativitas.
Diskusi Kecil Sesama Peserta Ode Kampung

Ada hal yang menarik yang ingin saya bagi,..pertama,..sungguh sangat luar biasa di Rumah Dunia saya bisa menikmati berselancar di dunia maya, atau dengan kata lain di Rumah Dunia memiliki Hot Spot secara gratis, "Sudah sejak dua minggu." begitulah mas Gola Gong menjawab pertanyaan saya mengenai hal itu. Hingga dengan bangga saya menulis,..tulisan ini saya kerjakan dan saya posting langsung dari Rumah Dunia,..

Bertemu 1001 Buku di Ode Kampung # 3

Hal yang luar biasa adalah setelah sekian lama mencari-cari tentang 1001 buku, kini bertemu langsung dengan komunitas 1001 buku, bahkan dengan mas Indra(ketua Yayasan 1001 buku). 1001 buku sebuah organisasi nirlaba yang mewadahi relawan dan taman bacaan anak yang dikelola komunitas. 1001buku bertujuan untuk menyediakan akses pada bacaan berkualitas bagi anak-anak yang kurang beruntung.


Nah,..di posting berikut koko akan melanjutkan info,..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)