KERANGKA ACUAN
Konferensi Warisan
Otoritarianisme:
“Demokrasi di Bawah Tirani Modal”
Latar Belakang
Walaupun belum dapat di prediksi dengan cukup lapang dan pasti kehidupan ekonomi politik masyarakat Indonesia dalam dua tiga tahun ke depan berpotensi mengalami kemerosotan. Bukan berarti yang sekarang lebih baik dari perkembangan yang sebelumnya, tetapi korelasi diantara proses demokrasi dan pengembangan ekonomi yang berjalan selama 10 tahun reformasi selalu berpadu ke arah yang gagal. Kalaupun memang demikian kenyataannya, di dalam berbagai diskusi tentang problem-problem ekonomi politik Indonesia sudah muncul ide-ide untuk melihat pengaruh globalisasi sebagai pendukung kehancuran ekonomi Indonesia. Dan globalisasi juga memberikan kontribusi terhadap pengembangan struktur politik di masa paska Orde Baru melalui Pemilu 1999. Menariknya kemudian seluruh perangkat politik dan pemerintahan mengalami kelumpuhan di dalam menghadapi akibat akibat globalisasi. Kemiskinan, kelaparan dan pengangguran dari hari ke hari berkembang kian menguat di tengah masyarakat seiring dengan merosotnya nilai riil pendapatan mereka di bawah aura deprivasi nilai-nilai kehidupan.
Dihadapkan pada persepsi dan kenyataan seperti itu, tentu pertanyaan terbesar yang harus dijawab kini adalah apa sesunguhnya yang menganjal dalam demokrasi Indonesia? Masalah ini coba dijawab oleh ELSAM, PusDep-Universitas Sanata Dharma dan Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) di tahun 2005 melalui sebuah Konferensi dengan tema menelaah akar-akar otoritarian yang diwariskan oleh sistem otoriter Orde Baru. Pengandaiannya, otoritarianismelah sumber dari segala kemandegan proses demokrasi yang ada di masa reformasi.
Lewat dua tahun kemudian, sepertinya warisan otoriterian tak lagi memadai untuk menjelaskan loyonya perangkat politik dan pemerintah dalam menjalankan demokrasi. Cara pandang yang menilai tersendatnya demokrasi disebabkan oleh warisan otoritarian semata gagal menjawab masalah-masalah kekinian yang tidak bisa langsung dilihat hubungannya dengan masa lalu. Artinya, perlu penggeledahan dan konfrontasi analisis yang jauh lebih dalam mengenai cara melihat dan memahami kenyataan-kenyataan dan persepsi yang berkembang saat ini, melalui pemahaman yang lebih komprehensif terhadap relasi-relasi modal dan kekuatan-kekuatan politik. Persoalan-persoalan relasi sosial semacam inilah yang membentuk struktur kekuatan dan kekuasaan modal di berbagai bidang kehidupan. Pertanyaan intinya: Aspek-aspek penting apayang membuat tirani menjadi seperti ‘way of life’ dalam demokrasi Indonesia dewasa ini?
Permasalahan
Konsep tirani adalah yang paling tepat untuk bisa melihat adanya keterkaitan antara warisan otoritarian dan selubung demokrasi. Karenanya, tema besar yang hendak diusung dalam konferensi kali ini adalah “Demokrasi di Bawah Tirani Modal”. Persoalan Tirani Modal inilah yang absen dari perbincangan selama reformasi berjalan sedari 1998, apalagi membicarakan perihal kekuasaan modal. Ini belum termasuk penggeledahan terinci atas hubungan antara otoritarianisme dengan modal serta demokrasi dengan modal secara lebih rinci. Demi 10 tahun reformasi, aspek modal ini harus menjadi perhatian utama dalam menilai kualitas kehidupan demokrasi dan mutu dari perangkat politik dan negara di Indonesia.
Kekuasaan Modal di sini tak sebatas soal modal ekonomis, atau kekuasaan bisnis yang terlalu besar. Ini pun menyangkut masalah reproduksi kekerasan,kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan hal lain yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Artinya, modal dalam pengertian relasi relasi sosial yangmembentuk struktur kekuatan dan kekuasaannya.
Sejalan dengan itu, tema Demokrasi di Bawah Tirani Modal akan diperbincangkan dalam beberapa sub-tema, yaitu:
Tirani Modal dan Peluruhan Kedaulatan Rakyat Apa sekolah dan pengobatan alternatif bentuk kekayaan kedaulatan rakyat atau karena pemerintah tidak mampu menjamin kesehatan dan pendidikan? Apaan sih kerjanya partai partai politik, parlemen dan pemerintah?
Tirani Modal dan Pelumpuhan Ketahanan Ekonomi Kemarin beras naik, sekarang tempe, besok apalagi?
Kok bisa ya punya ladang minyak tapi musti beli minyak? Kok bisa ya punya banyak penduduk tapi sedikit lapangan kerja?
Tirani Modal dan Pelumpuhan Daya Kreatif Kesenian, kapan menjadi hak dasar masyarakat? Media massa memang tidak lagi dibredel tapi diserang. Apa jadinya kalau penikmat dangdut tidak lagi boleh goyang?
Tirani Modal dan Pelumpuhan Modal Sosial Seberapa Indonesiakah kita? Sebetulnya apa sih bangsa Indonesia itu? Ataukah kita sudah diasingkan dari Indonesia sejak dalam kandungan?
Tirani Modal dan Pelumpuhan Keamanan Manusia Apakah esok harikita lebih yakin bahwa hidup di Indonesia bebas dari segala macam rasa takut? Kata pemeo rakyat “Kesehatan emang gratis,Penyakitan yang nggak gratis”
Pendekatan
Konferensi ini menggunakan beberapa pendekatan untuk menelaahpersoalan persoalan di muka. Metode genealogis, dialektika basis dan suprastruktur, maupun retrospektif semuanya bertujuan , melihat masa lalu secara strategis untuk menjelaskan masa sekarang. Artinya bagaimana warisan otoritarian diproduksi dan direproduksi di dalam kesadaran masyarakat. Sehingga dari sana pun ingatan maupun kenangan masyarakat akan kejadian di masa lalu dapat dihidupkan kembali untuk dapat membangun pengetahuan baru tentang Indonesia.
Harapannya, ada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar dengan menggunakan ketiga metode itu. Mengapa setelah Orde Baru luruh demokrasi yang berkeadilan tetap tidak bisa berjalan? Apa ide yang dikandung oleh demokrasi itu sendiri diIndonesia saat ini? Bagaimana proses kerja demokrasi pada saat ini? Apakah demokrasi bisa terlaksana di tengah budaya politik yang tidak berubah dari masa lalu? Apakah Indonesia dapat berkembang sebagai sebuah negeri yang demokratis dan berkeadilan sosial di dalam alam fundamentalisme pasar?
Tujuan Konferensi
Adapun yang menjadi tujuan konferensi ini adalah: membicarakan, merumuskan, menyimpulkan langkah perlawanan terhadap tirani modal, sebagai bagian dari usaha membangun gerakan di kalangan akademik dengan prasyarat pembangunan organisasi-organisasi komunitas. Memberi gambaran politik tentang kerja modal dalam berbagai bidang kehidupan dan atau mekanisme kerja modal sebagai kekuatan politik memberikan ancangan pemikiran bagi perumusan kebijakan publik yang berpihak pada masyarakat.
Penyelenggaraan
Konferensi Demokrasi di Bawah Tirani Modal ini akan diselenggarakan pada tanggal 5-7 Agustus 2008, di Jakarta dan Yogyakarta.
Konferensi ini akan dibuka dengan sebuah seminar umum “Demokrasi di Bawah Tirani Modal” dengan mengikuti perspektif lima sub-tema di muka, sebagai pengantar peserta konferensi untuk memahami dan menganalisa permasalahan lebih lanjut. Lalu akan digelar panel-panel lokakarya berbasis pada sejumlah pertanyaan di dalam sub-subtema itu. Di akhir konferensi akan diadakan sesi pleno (plennary session) untuk menghasilkan simpulan dan rekomendasi dari konferensi.
Format penyelenggaraan tiap-tiap panel lokakarya ditentukan oleh masing-masing penanggung jawab panel, tidak terbatas pada format diskusi ataupun lokakarya konvensional. Adapun 12 panel lokakarya yang akan diselenggarakan, yaitu:
1. Islam dan Fundamentalisme Pasar (penanggung jawab panel: PSIK Paramadina)
Tentang gejolak sosial keagamaan di tengah perkembangan globalisasi dan gerakan-gerakan berbasis identitas primordial dan komunalisme.
2. Hak Asasi Manusia dan Perburuhan (PJ: TURC)
Potret baru perburuhan Indonesiadi tengah tekanan neoliberalisme, tidak terbatas pada masalah yang ditimbulkan oleh kebijakan penanaman modal saja.
3. Inisiatif Perlawanan Lokal (PJ: ISSI dan Praxis)
Kekayaan inisiatif masyarakat di dalam menghadapi problem-problem perkembangan reform sosial, ekonomi, politik dan budaya.
4. Etika Politik: Kekerasan dan Rekonsiliasi (PJ: PuSDEP Universitas SanataDharma)
Perkembangan wawasan dan orientasi politik masyarakat maupun tokoh tokoh publik di dalam menyikapi persoalan persoalan politik praktis.
5. Demokrasi dan Peluruhan Kedaulatan Rakyat (PJ: Puskapol UI)
Tentang hilangnya esensi demokrasi yang sebenarnya karena tertutup oleh pendekatan demokrasi prosedural formal.
6. Kebudayaan dan Pengekangan Daya Kreasi (PJ: Dimas Jayaprana)
Tentang kebebasan berekspresi budaya masyarakat di tengah dominasi kekuatan modal atas proses berkesenian.
7. Hukum dan Ekonomi (PJ: ELSAM dan INFID)
Tentang penyingkiran kepentingan publik di dalam proses proses perumusan kebijakan negara yang lebih mengabdi pada kepentingan pemilik modal.
8. Gerakan Perlawanan Perempuan Lokal (PJ: Ruth Indiah Rahayu)
Tentang kesadaran perempuan dalam politik reproduksi sosial, khususnya di level komunitas atau di tingkat lokal.
9. Media Massa dan Reproduksi Ideologi ( PJ: … )
Peran media massa di dalam menentukan arah perkembangan kesadaran publik dalam menyikapi kondisi ekonomi sosial dan politik di Indonesia.
10. Privatisasi Pendidikan (PJ: … )
Tentang penetrasi gagasan-gagasan neoliberalisme melalui institusi pendidikan. Tidak terbatas pada kebijakan privatisasi lembaga-lembaga pendidikan semata.
11. Reforma Agraria (PJ: … )
Perumusan kembali persoalan-persoalan monopoli atas tanah untuk kepentingan bisnis dalam konteks neoliberalisme.
12. Reformasi Sektor Pertahanan/Keamanan (PJ: ISPDS dan ResPublika)
Tentang stagnasi proses reformasi TNI dan Polri, khususnya berkaitan dengan perubahan peran mereka dalam penyelenggaraan negara dan administrasi pemerintahan.
Call for Papers and Work
Untuk itu kami mengundang segenap civitas akademika dan para pemerhati masalah masalah sosial, ekonomi, dan politik untuk berpartisipasi dan berlibat dalam konferensi ini dengan mempresentasikan ide-ide, gagasan maupun pengalaman dalam bentuk karya tulis sepanjang 5.000-10.000 kata, maupun karya seni (film,tari, instalasi, musik, dll).
Abstraksi dari karya tulis (maksimal 1.000 kata) dan karya seni diserahkan paling lambat tanggal 25 April 2008, dialamatkan langsung ke penanggung jawab masing-masing panel lokakarya (jika sudah menentukan akan berpartisipasi di panel lokakarya tertentu), atau sekretariat panitia:
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)
Jl. Siaga 2 no.31 Pejaten Barat
Jakarta Selatan 12510
Telp. (021) 7972662, 79192564
Facs. (021) 79192519, 7996681
Email: rini@elsam.or.idAlamat e-mail ini telah diblok oleh spam bots, Anda membutuhkan Javascript untuk melihatnya
Panitia penyelenggara kemudian akan menyeleksi abstraksi karya tulis dan karya seni yang masuk, dan akan mengumumkan hasilnya pada tanggal 6 Mei 2008.
Penyumbang karya tulis dan karya seni diharapkan telah menyelesaikan karyanya pada tanggal 25 Juli 2008, untuk kemudian dengan dibantu panitia penyelenggara menyiapkan presentasi karya-karya tersebut dalam konferensi.
Peserta Konferensi
Konferensi ini diarahkan pada kelompok-kelompok intelektual atau kaum muda di berbagai bidang, khususnya kalangan intelektual sosial yang bekerja di organisasi-organisasi nonpemerintah dan lembaga-lembaga akademik, serta para penggiat seni dan seniman mandiri di berbagai komunitas.
Peserta konferensi, baik dari kalangan umum maupun akademisi akan diberikan sertifikat. Biaya sertifikasi bagi pelajar dan mahasiswa adalah Rp. 50.000,- dan bagi kalangan umum dan pengajar perguruan tinggi ini adalah Rp. 150.000,-
Penyelenggara dan Pendukung
Lembaga-lembaga yang menjadi penyelenggara utama dalam pelaksanaan kegiatan ini yaitu:
- Lembaga Studi dan AdvokasiMasyarakat (ELSAM)
- Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina
- Pusat Studi Sejarah dan EtikaPolitik (PuSDEP) Universitas Sanata Dharma
- Institut Sejarah Sosial Indonesia(ISSI)
- Pusat Kajian Politik (Puskapol)FISIP Universitas Indonesia
- International NGO Forum for IndonesiaDevelopment (INFID)
- Trade Union Research Center(TURC)
Didukung oleh lembaga-lembaga dan individu yang menjadi penanggung jawab panel lokakarya
Sekretariat:
Lembaga Studi danAdvokasi Masyarakat (ELSAM)
Jl. Siaga 2 no.31Pejaten Barat
Jakarta Selatan 12510
Telp. (021) 7972662,79192564
Facs. (021) 79192519,7996681
Email: rini@elsam.or.id