Apakah kicau burung-burung di kala pagi lebih baik dari pada teriakan mesin-mesin tambang di sisi utara perkampungan.
Aku satu dari sekian banyak manusia yang kerap menemukan suara-suara tak jelas ketukan atau syair-syair tanpa pencipta yang didendangkan oleh penghuni di sisi lain pulau itu.
”Yah, beginilah pulauku. Sebuah daratan yang terbentuk dari gumpalan-gumpalan pasir hitam yang kemudian kukenal dengan sebutan timah--begitupun pasir putih yang begitu mempesona, hingga bisa menambah daratan di negeri singa yang mampu menukar butihan pasir dengan wewangian lembaran bernilai.”
”Usss.....ssss, jangan keras-keras berkata nanti terdengar angin--lalu disampaikanya pada penghuni lain!” suara lirih menggoda.
”Lalu salah jika mocong ini berbunyi dan mengeluarkan rangkaian kata yang sedikit pedas?”
”Kurasa tak terlalu, mungkin lebih pedas cabe yang tergigit tadi—karena cepat terasa dan langsung membutuhkan gula atau air sebagai penawar.” bisik mulai menggerogoti ruang di telinga kiri.
”Ah...., sudah jangan kau panasi suasana yang sudah semakin akut. Kepadatan penghuni jalanan cukup membuat orang-orang merasa lelah termasuk dia, jadi bila kau tambahkan dengan bumbu tadi maka habislah cerita kita—karena ia akan pergi ke negeri dongeng dan bercumbu dengan kekasihnya.” lirih suara menggoda.
”Ehm...aku tak mau ke negeri dongeng—karena semua disana hanya khayal dan ketika tersadar semua yang kutinggalkan semakin bertambah, jadi lebih baik aku ikut melewati semuanya dengan mata terbuka tetapi mulat tak menganga.”
Helai kain yang menutup diri lepas satu persatu dan jatuh di lantai yang mulai berganti warna bersama potong bulan yang semakin meninggi.
”Zzzz,...”
”Hei, kenapa kau terdiam?” bisik pindah di telinga sebelah kanan.
”Aku terjebak dalam keliaran malam yang menjemput, bulan diatas sana mungkin tersenyum padaku, kutemukan kau dalam rinai air mata yang jatuh dipundak dan ingin kuhantarkan hangat pada jiwa yang hampa.”
”Sebenarnya menatapmu dalam mimpipun aku menjadi lelah, mata terlalu cepat jatuh dan kehilangan selera. Ups..ada yang bertanya pada bisik di gelap hari—aku ada dimana ketika rasa mulai tertambat?”
0 komentar:
Posting Komentar