Buku kumpulan puisi pertamanya berjudul “Purnama di Jembatan Ampera” diterbitkan Juni, 2006 oleh Akademi Sastra Palembang (ASAP). Penulis pernah ikut dalam pentas musikalisasi puisi baik di luar maupun di dalam kota bersama Teater Sansekerta dan Sanggar Air Seni Palembang, Bujang Gayau bersama KOBAR 9, pun termasuk pementasan musikalisasi puisi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka launcing antologi puisi Rapanie Igama. Bersama Aliansi Pekerja Kebudayaan (APEK), penulis turut membidani launcing Novel Juara, T. Wijaya. Pernah menjadi salah satu utusan Palembang dalam Festival Cipta dan Baca Puisi Sriwijaya Ekspo 2006. Pada tahun 2005, penulis mendirikan Teater Mesin dan juga mengasuh Komunitas Belajar Sastra di SMK Teknologi Nasional Palembang. Di tahun yang sama, penulis bersama Jajang R Kawentar dan Anton Bae membentuk sekolah belajar sastra non formal, yang diberi nama Akademi Sastra Palembang (ASAP). Bersama Koko P. Bhairawa dan Rendi Fadillah serta rekan-rekan penulis mendirikan komunitas riakmusi-palembang, puisinya tergabung dalam Medan Puisi (LabSas, 2007).
Di Mana Aku Hidup?
Kemarin fotomu seperti iklan makanan ringan
Merekat di dinding kayu rumah kami
Lusuh dalam dompet agar tak lupa wajahmu
Terpaksa aku wajib percaya
Walau satu bertambah dua jadi pengurang
Aku belajar berhitung tak ada yang terbagi
tak untung di badan, aku tetap berjalan kaki
Kita lupakan saja siapa nama
Hari ini sumpah bungkus gula-gula
Girangku mendengar sloganmu
Naik kereta kencana menuju jurang
Genderang kaleng beras
Bukan tanda perang dihaturkan
Sekedar mengingatkan aku tak dengar alasan
Kau cari sekarang siapa yang percaya padamu
Entahlah mengapa aku selalu berprasangka buruk
Pada tulisan-tulisan dalam iklan yang kau bentang
Pak aku mau mengadu kemarin mataku singgah
menonton bencana menegakkan ribuan tenda
Sampai bertemu terang dan gelap memejam mata
Ingin terbangun di teras istanamu
Aku bertemu orang baik wajahnya tergenang air mata
Tak sempat kutanya sakitnya
Mungkin kau lebih tahu tentang perahu kertas
Di tanah becek halaman rumah kita
Pak aku datang menemuimu mengajak menjadi binatang
Atau berdoa bersama agar dikutuk menjadi batu
Pak banyak-banyak baca koran, nonton televisi
Apakah kau orang suci yang baik hati
Lihat pak anak itu kehilangan tangan dan kaki
Ah ternyata kau telah tidur, mungkin capek mengang-
garkan dana
Kumatikan ya pak televisinya
Mari ikut aku berlayar mengarungi samudra
Terbang melintasi awan berlari memutari bumi
Kita cari diri kita pak sama-sama
Sebelum kita dibungkam nafas sendiri
Aku bukan orang baik-baik pak
Hanya saja sok menjadi orang baik-baik
Mungkin sepertimu
Palembang , Oktober 2007
0 komentar:
Posting Komentar